Infeksi cacing kremi atau Enterobius vermicularis adalah kondisi yang biasanya menyebabkan rasa gatal di sekitar anus. Selain mengganggu kenyamanan penderitanya, ternyata infeksi cacing kremi terkenal mudah menular dan bisa mengganggu nafsu makan. Lalu, bagaimana penjelasannya ya?
Penyakit cacingan menjadi penyakit endemis di Indonesia. Menurut P2PL Kementerian Kesehatan, prevalensi penyakit ini mencapai 28.12% hingga 50%, tapi meski prevalensinya begitu tinggi, serta dampak jangka panjangnya sangat berisiko, masyarakat masih mengangap sepele infeksi ini.
Mengenal Infeksi Cacing Kremi
Ibu, cacing kremi memang menjadi infeksi yang paling sering terjadi di dunia, terutama pada kelompok umur anak-anak. Bisa demikian karena infeksi cacing ini sangat mudah untuk menular. Sayangnya, anak yang terkena infeksi ini kadang tidak mengalami gejala apa pun, jadi ibu harus tetap berhati-hati.
Mengutip dari laman Siloam Hospitals, kelompok umur yang paling sering terinfeksi cacing kremi adalah anak-anak di bawah 18 tahun. Begitu juga dengan pengasuh anak dan orang yang bekerja di rumah sakit juga memiliki risiko tertular. Setidaknya, 50% penderitanya adalah kelompok tersebut.
Telur cacing kremi bisa bertahan dalam ruangan selama 2-3 minggu. Infeksi cacing ini hanya bisa mengenai manusia, sehingga tidak ada penularan dari hewan seperti kucing atau anjing. Namun, karena sifatnya mudah menular, infeksi cacing kremi sering terjadi pada kawasan yang padat penduduk.
Penyebab Infeksi Cacing Kremi
Infeksi cacing kremi bermula ketika telur cacing masuk ke dalam tubuh manusia. Sayangnya, cacing ini berukuran sangat kecil, sekitar 0,6-1,3 cm saja, terlebih telurnya lebih kecil lagi. Sehingga memang sukar untuk dikenali. Beberapa cara penularan telur cacing kremi adalah sebagai berikut!
1. Sentuhan Langsung dengan Telur
Anak-anak yang sering bermain di tempat kotor memang berisiko terkena cacing kremi. Telur-telur cacing ini begitu mudah menempel di permukaan benda. Tangan yang terkontaminasi jika dipakai untuk makan, atau kegiatan lain seperti menggigit kuku, berisiko memasukan telur cacing ke dalam usus.
2. Infeksi Berulang
Telur-telur cacing yang masuk ke dalam usus akan menetas dan berkembang biak. Induk cacing kremi akan meletakkan telur-telurnya pada lipatan anus sehingga menimbulkan rasa gatal. Tidak jarang jika digaruk, telur cacing bisa menempel pada tangan, lalu tertelan kembali ketika makan.
Selain itu, penting bagi ibu untuk memerhatikan higienitas. Kebersihan yang tidak terjaga bisa jadi sarang penyebaran cacing kremi. Makan setelah menyentuh barang terkontaminasi tanpa mencuci tangan terlebih dahulu juga meningkatkan risiko infeksi. Apalagi, cacing ini mudah menular, hanya dengan dekat dan bersama orang yang terinfeksi saja.
Efek Cacing Kremi pada Nafsu Makan
Infeksi cacing kremi kadang berpengaruh pada perilaku anak. Mungkin ibu bisa memerhatikannya dengan cermat. Jika anak mengalami gatal-gatal di area pantat, kesulitan untuk tidur atau tidur yang tidak nyenyak, mudah tersinggung, atau kehilangan nafsu makan, bisa saja ia terinfeksi cacing kremi.
Anak yang terkena infeksi cacing bisa merasakan nyeri perut, mual, muntah, hingga diare. Ini bisa terjadi lantaran cacing menetap di dalam usus dan menyebabkan peradangan. Hal ini kemudian dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan dan dalam jangka panjang si anak bisa berisiko malnutrisi.
Untuk membuktikan infeksi secara pasti, cara umum yang bisa ibu praktikkan adalah dengan mencari cacing pada permukaan anus anak. Memang kecil dan bentuknya seperti potongan katun yang halus, ibu bisa melihatnya secara jeli dengan bantuan senter. Coba perhatikan tepat satu jam setelah anak tertidur.
Cara lain yang bisa ibu gunakan adalah dengan tes selotip. Ibu bisa menggunakan potongan selotip kecil, menempelnya pada anus anak, lalu lepaskan secara perlahan-lahan. Jika anak benar terinfeksi, telur cacing akan terlihat seperti bintik-bintik putih saat diarahkan pada cahaya.
Cara Alami Mengatasi Cacing Kremi
Curcuma aeruginosa secara alami mampu membantu mengatasi cacingan. Menurut publikasi ilmiah yang terbit di National Library of Medicine, uji lab pada sel cacing kremi menunjukkan bahwa ekstrak Curcuma aeruginosa memiliki efek racun dan mampu mengganggu siklus hidup sel cacing kremi.
Sementara uji klinis yang terbit di BMC Infectious Diseases, berhasil membuktikan khasiat Curcuma aeruginosa pada sekelompok anak yang menderita infeksi cacing kremi di Tanzania. Terbukti pada kelompok anak yang meminum Curcuma aeruginosa, mengalami penurunan jumlah telur cacing kremi jauh lebih cepat daripada kelompok anak yang hanya menerima plasebo.
Untungnya, saat ini ibu bisa memanfaatkan khasiat Curcuma aeruginosa tanpa perlu repot-repot mengolahnya. Syifa Kids Nafsu Makan hadir dengan formulasi ekstrak Curcuma aeruginosa murni yang mampu membantu menumpas gangguan cacing kremi pada anak. Terlebih, produk ini juga dilengkapi dengan formulasi Curcuma xanthorrhiza, Curcuma domestica, Channa striata, propolis, dan madu yang efektif membantu masalah kurang nafsu makan pada anak.